Entah apalah alasannya. apakan ini hanya ketagihan atau memang faktor ekonomi. Disetiap perempatan lampu merah di Kota Padang , keberadaan anak jalan (Anjal) danpengemis terlihat semakin menjamur. Bahkan mereka semakin berani untuk bukaposko sendiri di depan mulut macan "Pol PP", yang selama ini mengejar danmenangkap mereka.
Keberadaan mereka, nampaknya semakin dibiarkan saja tanpa ada perlindungan yangtegas untuk memberikan mereka pembinaan atau apalah namanya itu. Hidup dijalanan,membuat kehidupan mereka keras. Tak jarang terlihat anak-anak kecil yang merokok.
Meski sih masih terlihat canggung, namun linting rokok dijari mungilnya membuktikan kehidupan mereka cukup keras.Menungu lampu jalan dari warna hijau berobah merah, adalah harapan mereka.Dengan alat musik apa adanya, anak-anak gebel itu mulai saling berebut menghampiri mobil yang sedang berhenti, bukan hanya mobil pribadi, namun angkot dan bis kota juga sasaran mereka. Meski modal suara sumbang, namun mereka cukup berani untuk tampil dan meminta balas jasa dari lagu yang mereka nyanyikan.
Seperti di lampu merah Kantor Polresta Padang dekat Kantor Sat Pol PP Padang.Aksi meraka cukup membahayakan, selain membahayakan orang lain juga bisa membahayakan dirinya sendiri. Kenapa tidak, pada saat lampu bertukar dari merah ke hijau, otomatis menandakan lalulintas mulai bergerak jalan. Namun mereka dengan santainya masih berada di jalan, dan sebagian nekat naik ke dalam angkot untuk menyempatkan memungut sumbangan dari para penumpang. Terkadang, mereka terpaksa melompat dari pintu kendaraan yang sedang berjalan.
Disetiap persimpangan lampu mereh memang selalu di awasi petugas polisi yang mengatur lslulintas. Meski demikian, mereka terlihat seolah tak acuh dengan keberadaan anak jalanan tersebut. Bahkan mereka terkesan membiarkannya. Memang sih, menangkap dan memburu mereka itu adalah tugas Sat Pol PP, akan tetapi apapunalasannya, yang mengatur kemanan dan kenyamanan berlalulintas itu kan polisi.
Ironisnya, Kantor Sat Pol PP, hanya berkisar skitar 100 meter dari tempat mereka mangkal. Tampa merasa takut atau apalah namanya, mereka masih saja berani beropeasi di depan kantor Pol PP itu. Dulu, bagi mereka Sat Pol PP adalah ibaratmacan yang seolah akan memangsanya. Bila mobil patroli dan Dalmasnya Pol PP keluar, mereka akan berlari terbirit-birit. Namun serang berbeda, apa mungkin karena macan itu saat ini sedang tertidur pulas di kandangnya?
Pemandangan yang sama juga bisa di lihat di beberapa perempatan lampu merahlainnya. Pelakunya tidak hanya orang remaja atau dewasa, namun anak yang baru usianya masih bulanan juga sudah ikut berperan dan terjun ke jalanan mengharap belas kasih dari para dermawan. Meski itu mengancam keselamatan jiwa mereka di tengah keramaian lalulintas, demi mengharapkan sesuap nasi untuk menyambung hidup, mau tidak mau terpaksa harus di lakukan.
Seperti pengakuan Idon (10), seorang anak jalanan yang mengaku berasal dari Pesisir. Ia sampai di Kota Padang karena di bawa oleh saudaranya. Saban hari mereka selalu mengamen di Lampu Merah Simpang Polresta Padang. Bermodal alat musik yang terbuat dari tutup limun, dan lagunya "Aku hanya anak jalanan" Idon dan kawan-kawan seumurannya, mencoba menghibur para pengendara dan penumpang.
Meski kecil, Idon sudah merokok. Awalnya ia merokok karena disuruh oleh senior-seniornya. "Kalu tidak merokok bukan preman," kata Idon menirukan ucapan seniornya. Dari hasil ngamen, ia akan mengambil sebagiannya untuk beli rokok batangan. Selain pengamen, para pedagang rokok juga ikut meramaikan perempatan lampu merah.
Keberadaan anak jalan ini memang terkesan merusak indahnya kota. Meski ada undang-undang dan Perda yang mengatur keberadaan mereka, namuan Undang-undang dan Perda itu belum bisa memelihara dan menjamin kehidupan dan masa depan mereka. Bila ini terus di biarkan, kerasnya kehidupan mereka tidak tertutup kemungkinan akan mengarah pada kejatan kriminalitas. Memang sudah kebiasan bagi pemerintah, belum bertindak sebelum terjadi.
14 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar