Site Info

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Ervin Hasibuan

Sabtu, 01 Januari 2011

Tanggal 27/4, Hari Yang Paling mendalam.



Tanggal 27/4 adalah hari yang paling  mendalam bagiku. Disitu sesuatu yang paling berharga dalam hidupku telah ditarik dan dipisahkan  dari kehidupanku. Setiap waktu selalu mengingatnya terbaring kaku di ruang tengah rumahku.  Kain berwarna  hijau yang  menutupi seluruh tubuhnya membuatku sock, saat aku baru pertama masuk kedalam rumah.
Yang paling membuatku sedih saat ia kumandikan untuk yang  terakhir kalinya. Memang sih baru itu pertama kali aku memandikannya selama hidupku. Kepalanya kuletakkan di pangkuanku, kupadangi matanya yang sudah tertut itu. Ketelinganya kubisikan kata-kata penyelasan sebuah cia-citanya yang belu kucapai. Kaharuan itu,seakan memiriskan hati ini. Kenapa tidak, dia adalah orang yang paling berjasa dan yang paling beguna dalam hidupku. Jasanya yang besar belum terbalaskan.
Tubuhnya yang gempal dan kekar itu,  telah kaku, saya tak lagi mendegar degub jantungnya yang selalu berdoa dan mencemaskanku bisa aku suatu kelak menjadi anak yang tak berguna. Meski aku tak percaya namun itu telah terjadi, dan sampai detik ini akapun belum bisa mempercayai peristiwa yang mengharukan itu.
Beribu kali kuucapkan kata maaf bila ananda punya dosa. Aku harap dia mendengar dan memaafkanku.  Aku kembali menuliskan kata hati ini, tepat pada hari perama tahun 2011. Dibalik keramaian dan kegembiraan jutaan orang yang memeriahkannya, aku terasa tersudut dan kembali tenggelam dalam lautan dalam yang  tak berdasar.
Aku telah mencoba untuk tegar, meski batin ini masih belum menerima semua yang terjadi. Aku masih ingat senyumannya, bila  ia sedang  membanggakan aku sebagai ananda. Aku masih merasakan saat ia merangkul dan menciumku. Dimana ke cemasan dan ketakutanku hilang dalam lindungannya. Tapi, payung kehidupan itu telah patah, atap berlindung itu telah roboh, langit yang tinggi itu telah jatuh hingga kedasar bumi.
Aku tahu masih banyak dosa ini, semua keinginannya belum kulakukan. Bahkan, terkadang larangnnya  masih ku langgar. Dosa itu mungkin telah menghitamkan hati ini sehingga tak terbuka untuk melirih hal yang lebih baik.  Aku ingin kembali dia berdiri di depanku, mengusap rambut ini saat memberikan nasihat baiknya. Memberiku petunjuk agar aku tak pernah tersesat dalam kehidupan hitam yang pernah kulakukan. Aku tak tahu, aku ini sudah kehilangan arah atau larut dalam nikmatnya  kehidupan yang terbatas. Kalu saja ia masih ada, mungkin aku akan dimarahi dengan kesalahanku.

Akan kusambung lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii............................................................................................................................................................................................................................................................. sampai tangan ini tak berdaya untuk menulisssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss.a




0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Ervin Hasibuan Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template